Cerita di Balik "Hanya Sekedar Telur Dadar"
Assalamu'alaikum semuanya!
Semoga semuanya sehat ya. Doa yang terbaik untuk kalian semua.
Hari ini, aku kembali untuk cerita tentang "Telur Dadar". Nih, telur dadar yang akan jadi topik ceritaku kali ini.
(Maaf ya, teman-teman, fotonya nggak diedit dulu.)
Yang aku sadari adalah ketika aku merasa minder, artinya aku belum menerima kondisi dan situasiku saat ini. Ketika aku minder, itu artinya aku masih terjebak pada masa lalu. Bahwa yang perlu aku lakukan adalah fokus pada hidupku, fokus meng-improve diri, menerima kondisi dan situasiku saat ini, menerima masa laluku, dan berhenti untuk melihat kehidupan orang lain.
Segitu dulu sharing kali ini. Silakan diambil yang baiknya dan dibuang aja yang buruknya. Sesungguhnya segala kebaikan datangnya hanya dari Allah. Semoga bermanfaat! Buat yang lagi struggling juga karena bingung dan minder, nggak papa, take your time, gaes! Kita bareng-bareng belajar, kamu nggak sendirian.
Semoga semuanya sehat ya. Doa yang terbaik untuk kalian semua.
Hari ini, aku kembali untuk cerita tentang "Telur Dadar". Nih, telur dadar yang akan jadi topik ceritaku kali ini.
Hanya Sekedar Telur Dadar |
Beberapa orang merasa nggak ada yang spesial dengan telur dadar ini. Tapi beda dengan aku. Percaya atau nggak, ini telur dadar pertama yang aku masak secara sadar dengan kemauanku sendiri, tanpa bantuan orang lain. Lucu ya? Di umurku yang sebentar lagi 24 tahun, aku baru bisa masak yang katanya hanya telur dadar ini, yang mungkin sebagian besar cewek udah bisa masak ini waktu SMP atau bahkan SD. Alhamdulillahnya, percobaan pertama berhasil. Rasanya ya nggak yang spesial-spesial banget, tapi pas untuk ukuran lidahku sih.
Aku bukan tipikal cewek yang suka kerja di dapur untuk masak makanan rumah. Kalau cuman sekedar bantu buat kue, iya. Tapi untuk masakan kayak gini, bye aja udah. Karena satu dan lain hal, dapur itu jadi tempat yang pengen ku hindari. Tapi aku tetep punya cita-cita nanti pas punya keluarga sendiri, pengennya aku yang masak buat suami dan anak-anak. Lagi-lagi lucu kan? Kontradiktif sekali dengan kenyataannya.
Beberapa waktu lalu, aku sempat pengen belajar masak karena seseorang. Tapi ternyata setelah itu, buyar karena alasan pribadi. Ini salah satu pelajaran buatku.
Jangan sekali pun melakukan sesuatu karena orang lain. Tapi lakukanlah karena dirimu sendiri, karena kamu ingin.
Apalagi kalau tentang meng-improve diri. Jangan sekali pun jadikan orang lain sebagai alasan untuk kita meng-improve diri. Karena orang lain bisa mengecewakan kita kapan aja dan ketika itu terjadi, bisa jadi keinginan kita untuk meng-improve diri buyar jadi abu. (Sayangnya, rasa kecewanya nggak ikut buyar juga jadi abu.)
Itu yang terjadi sama aku beberapa hari belakangan. Kecewa, dikecewakan, dikhianati, kemudian poof~ keinginan untuk meng-improve diri hilang begitu aja.
Dalam masa-masa itu aku coba membenahi diriku lagi seeeeeecepat yang aku bisa (and thanks to my friends for being there when I was falling down, helping me a lot to stand in that kind of situation). Untungnya, logika masih mau bertarung dengan hati yang udah nggak karuan. Setelah mencoba mengeluarkan segala uneg-uneg ke beberapa teman, aku mencoba berdamai dengan situasi beberapa hari setelahnya. Aku coba mengambil hikmah dari segala kejadian belakangan ini, nggak cuman yang baru-baru aja, tapi bener-bener dari satu-dua tahun belakangan.
Memang benar adanya, bahwa ketika ada hal-hal buruk menimpa kita, pasti akan ada hal-hal baik yang mengikuti.
Jadi, memang hilangnya aku di beberapa 'tempat' dan circle pertemanan adalah karena aku sibuk berbenah dan berpikir. Aku memperbanyak waktu untuk berkomunikasi dengan diriku sendiri. Apa yang selama ini salah ku lakukan sampai banyak hal yang nggak kuinginkan terjadi 1-2 tahun belakangan ini, nggak, malah dari jauh sebelum itu. Cuman memang lebih terasa 1-2 tahun belakangan ini. Karena ada perasaan minder yang semakin nggak bisa ku hindari, melihat banyak orang di sekelilingku sudah berjalan, bahkan berlari.
Tapi, apa yang nggak kita inginkan, justru ternyata membawa kita ke hal-hal baik yang mungkin nggak akan kita dapatkan kalau kita nggak dikasih hal-hal yang nggak kita inginkan dulu. Allah memang yang paling tau apa yang terbaik buat kita.Salah satunya adalah belajar menerima dan memaafkan. Memaafkan, menerima, dan melupakan apa yang orang lain lakukan pada kita, ternyata nggak mudah. Ditambah lagi kita harus memaafkan dan menerima diri kita sendiri. Belajar menerima kondisi dan situasi yang ada dan nggak memaknainya sebagai 'pasrah' pada keadaan. Belajar tentang ini adalah belajar seumur hidup, yang kita bahkan nggak bisa dapat nilai sempurna pada akhirnya. Lagi-lagi, belajar adalah tentang proses kan. Proses untuk terus menjadi lebih baik dan lebih baik lagi dari sebelumnya.
Yang aku sadari adalah ketika aku merasa minder, artinya aku belum menerima kondisi dan situasiku saat ini. Ketika aku minder, itu artinya aku masih terjebak pada masa lalu. Bahwa yang perlu aku lakukan adalah fokus pada hidupku, fokus meng-improve diri, menerima kondisi dan situasiku saat ini, menerima masa laluku, dan berhenti untuk melihat kehidupan orang lain.
Karena, kehidupan orang lain, bukan kehidupan kita. Begitu pun sebaliknya. Kita punya banyak hal yang berbeda, pun yang melatarbelakanginya.Begitu pun dengan telur dadar masakan pertamaku ini, yang mungkin kebanyakan orang sudah bisa masak itu dari kecil, tapi aku baru bisa sekarang. Telur dadar ini jadi satu langkah besarku untuk kembali memulai, untuk lepas dari masa lalu, untuk terus mengeksplor hal-hal baru, untuk berani mencoba walaupun nggak tau gimana hasilnya nanti (walaupun ternyata hasilnya nggak buruk-buruk amat kan, ya. Masih enak dimakan kok. Apalagi kalau pake saos atau kecap manis. hehe)
Segitu dulu sharing kali ini. Silakan diambil yang baiknya dan dibuang aja yang buruknya. Sesungguhnya segala kebaikan datangnya hanya dari Allah. Semoga bermanfaat! Buat yang lagi struggling juga karena bingung dan minder, nggak papa, take your time, gaes! Kita bareng-bareng belajar, kamu nggak sendirian.